Kenapa Tidak?
Sore ini saya sedang berada di hadapan laptop untuk melakukan pekerjaan saya. Entah sekian jam sudah lewat semenjak perut saya terisi. Mungkin sudah hampir 24 jam yang lalu. Berdasarkan jangka waktu itu, sudah barang tentu otak jadi mengirim sinyal bahwa saya butuh makanan. Untuk memecahkan masalah tersebut, saya mencoba memesan makanan melalui sebuah aplikasi yang katanya super itu. Perlu keluar uang, sih, tapi ya, kenapa tidak? Toh saya lapar.
Sejujurnya, bukan baru sekarang rantai tindakan lapar-lalu-pesan saya lakukan. Namun, ada pengalaman baru yang saya dapatkan pada petang ini. Hal tersebut adalah informasi bahwa pengemudi pengantar makanan saya adalah seorang penyandang disabilitas, yakni penyandang tunarungu. Entah kenapa saya kaget dengan informasi ini. Atau lebih tepatnya, saya tidak siap.
Ketidaksiapan itu membuat saya jadi langsung menyetop pekerjaan yang sedang dilakukan. Dulu, saya pernah menulis tentang ‘kegagalan’ seorang kasir di sebuah kedai kopi dalam menghadapi sebuah pasangan penyandang tunarungu. Sore ini, saya tidak ingin melakukan hal yang sama.
Saya langsung buru-buru membongkar Youtube untuk mencari tahu bagaimana cara berterimakasih dengan bahasa isyarat. Gestur ini memang kelihatan kecil, tapi kalau saya bisa menyenangkan hati sang bapak dengan berkomunikasi dengan cara yang dia pahami, ya, kenapa tidak? Toh ternyata tidak sulit.
Beberapa menit kemudian, bapak itu datang bersama makanan yang saya pesan. Saya lalu mengambil pesanan saya, dan segera berusaha menyampaikan terimakasih dengan bahasa isyarat. Meskipun dibatasi gerbang (dan tentunya kegugupan!), saya sepertinya berhasil mempraktikkan ilmu yang baru saya pelajari. Si bapak sih kelihatannya tersenyum. Semoga gestur kecil saya tadi bisa membuat beliau benar-benar senang. Atau setidak-tidaknya, menjadikan hari ini lebih baik baginya.
Mungkin ke depannya saya perlu lebih banyak menyediakan waktu untuk belajar. Entah itu dengan membongkar internet, membaca buku, mendengarkan cerita, atau hal lainnya. Sebab, sangat mungkin ada hal yang kelihatannya remeh-temeh atau tidak dipedulikan orang, tapi ternyata begitu berguna dalam situasi-situasi tertentu. Saya harus siap dengan hal-hal tersebut.
Sebab, siapa tahu dengan begitu saya bisa membuat suasana hati seseorang menjadi lebih baik. Ya, kenapa tidak, bukan?